❤1
CHILDFREE
Lagi rame childfree ya? Eh ga juga sih semua juga lagi rame. Pemilu, 50M, kanjuruhan, hukuman mati, fiuh…
Ga beres beres sih kalau mantengin medsos mah. Selalu ada yg rame. Selalu ada yang menarik. Sy teringat kata2 ulama “yg membuat hidup tidak mudah itu adalah ngurusin hidup orang lain”
Nah… malah kita seringnya ngurusin hidup org lain, ngurusin kejadian, ngurusin kata2 orang, de el el.
Tapi, kalau mindset kita bener, hadapi medsos itu enak lho… hidup akan enteng. Mau tahu?
Bentar ya. Nulisnya sy lanjut… masih safar… yg mau tipsnya hadepin medsos dgn ringan, tulis di komen ya
Lagi rame childfree ya? Eh ga juga sih semua juga lagi rame. Pemilu, 50M, kanjuruhan, hukuman mati, fiuh…
Ga beres beres sih kalau mantengin medsos mah. Selalu ada yg rame. Selalu ada yang menarik. Sy teringat kata2 ulama “yg membuat hidup tidak mudah itu adalah ngurusin hidup orang lain”
Nah… malah kita seringnya ngurusin hidup org lain, ngurusin kejadian, ngurusin kata2 orang, de el el.
Tapi, kalau mindset kita bener, hadapi medsos itu enak lho… hidup akan enteng. Mau tahu?
Bentar ya. Nulisnya sy lanjut… masih safar… yg mau tipsnya hadepin medsos dgn ringan, tulis di komen ya
❤3👍3😱1
CHILDFREE (2)
Sy lanjut ya. Sebenarnya judul yg tepat itu: “Menghadapi Medsos dengan Ringan” tapi sy pilih judul di atas, biar bisa dijadikan contoh kasus.
Secara umum dulu deh, di medsos itu kontennya apa sih? Kan banyak tentang peristiwa, kejadian, kisah orang, silang pendapat, cerita2 baik yg inspiratif atau yg remeh temeh. Intinya tentang orang lain.
Bukan cuma medsos sih tapi media dan berita, apapun bentuknya, mau cetak atau elektronik. Tapi skrg kayaknya semua nge blend jadi satu, masuk ke aplikasi media sosial.
Menghadapi hal tersebut, kalau kita ga punya mindset yg tepat, akan melahirkan sikap2 yg tdk menguntungkan diri kita sendiri. Sayang sekali, bermedsos, tapi malah ga sehat untuk diri sendiri. Beli hape yang ga murah, malah bikin mental ga sehat.
Sekali lagi, itu dimulai dari mindset ber media sosial. Mesti cerdas mengkonsumsinya.
Misalnya melihat org yg jalan2 dan pamer, selfa selfi, trus kita jadi julid, misuh2, dan ga suka dengan postingan tersebut. Alih2 terinspirasi malah jadi dosa dengki atas rezeki orang lain. Sayang kan? Malah dapet dosa.
Atau misalnya melihat kejadian org yang nabrakin mobilnya ke mobil orang lain. Trus kita langsung naik pitam, dan komen pedas di postingan tersebut. Lah orang lain yg kejadian, kita yg marah. Kalau dalam ilmu spiritualmeter, kita masuk ke -2, energi ga positif yg bikin kita ga jadi manusia ajaib.
Atau misalnya lagi, dengar ulasan tentang konspirasi. Macem2 deh, tentang asal usul uang, covid yg katanya ada konspirasi, gempa di turki yang katanya rekayasa HAARP, predksi2 akhir zaman, prediksi kedatangan dajjal. Alih2 meningkatkan ketakwaan malah jadi takut, trus suudzon sama tokoh dibalik konspirasi.
Yang sering juga, kita ikut alunan gendang. Ikut yang lagi viral. Terus jadi cari2 tahu tentang isu tersebut. Kayaknya ga jadi warga dunia gitu, kalau ga ikutan ngebahas yang lagi viral. Trus yang tadinya ga pernah ngebahas, jadi ikutan tahu dan terombang ambing atas opini-opini orang.
Kayak yang jadi judul tulisan ini. Childfree. Ini mah jadi contoh kasus aja ya. Sebenarnya sy juga tadinya ga mau nulis hal viral sprt ini. Tapi gpp deh. Biar diarahin ke mindset yg bener aja deh. Biar jadi manfaat. (Lanjut part 3)
Sy lanjut ya. Sebenarnya judul yg tepat itu: “Menghadapi Medsos dengan Ringan” tapi sy pilih judul di atas, biar bisa dijadikan contoh kasus.
Secara umum dulu deh, di medsos itu kontennya apa sih? Kan banyak tentang peristiwa, kejadian, kisah orang, silang pendapat, cerita2 baik yg inspiratif atau yg remeh temeh. Intinya tentang orang lain.
Bukan cuma medsos sih tapi media dan berita, apapun bentuknya, mau cetak atau elektronik. Tapi skrg kayaknya semua nge blend jadi satu, masuk ke aplikasi media sosial.
Menghadapi hal tersebut, kalau kita ga punya mindset yg tepat, akan melahirkan sikap2 yg tdk menguntungkan diri kita sendiri. Sayang sekali, bermedsos, tapi malah ga sehat untuk diri sendiri. Beli hape yang ga murah, malah bikin mental ga sehat.
Sekali lagi, itu dimulai dari mindset ber media sosial. Mesti cerdas mengkonsumsinya.
Misalnya melihat org yg jalan2 dan pamer, selfa selfi, trus kita jadi julid, misuh2, dan ga suka dengan postingan tersebut. Alih2 terinspirasi malah jadi dosa dengki atas rezeki orang lain. Sayang kan? Malah dapet dosa.
Atau misalnya melihat kejadian org yang nabrakin mobilnya ke mobil orang lain. Trus kita langsung naik pitam, dan komen pedas di postingan tersebut. Lah orang lain yg kejadian, kita yg marah. Kalau dalam ilmu spiritualmeter, kita masuk ke -2, energi ga positif yg bikin kita ga jadi manusia ajaib.
Atau misalnya lagi, dengar ulasan tentang konspirasi. Macem2 deh, tentang asal usul uang, covid yg katanya ada konspirasi, gempa di turki yang katanya rekayasa HAARP, predksi2 akhir zaman, prediksi kedatangan dajjal. Alih2 meningkatkan ketakwaan malah jadi takut, trus suudzon sama tokoh dibalik konspirasi.
Yang sering juga, kita ikut alunan gendang. Ikut yang lagi viral. Terus jadi cari2 tahu tentang isu tersebut. Kayaknya ga jadi warga dunia gitu, kalau ga ikutan ngebahas yang lagi viral. Trus yang tadinya ga pernah ngebahas, jadi ikutan tahu dan terombang ambing atas opini-opini orang.
Kayak yang jadi judul tulisan ini. Childfree. Ini mah jadi contoh kasus aja ya. Sebenarnya sy juga tadinya ga mau nulis hal viral sprt ini. Tapi gpp deh. Biar diarahin ke mindset yg bener aja deh. Biar jadi manfaat. (Lanjut part 3)
👍12❤2
CHILDFREE (3)
Awal diskusi childfree ini karena ada salah satu influencer Indonesia yang mengungkapkan kelebihan childfree yang maksudnya beliau tidak mau punya anak setelah menikah.
Namun jadi viral karena mgkn “rasa” yang dimunculkan dari tulisan ini lebih ke kesan tdk positif. Akhirnya banyak yang komen, dan membalas dgn berbagai sudut pandang childfree.
Sebentar lagi, isu viral sprt ini juga hilang dengan sendirinya. Tapi alangkah sayang kalau jejaknya menimbulkan dosa. Bagi yang tidak suka dengan tulisan beliau, akhirnya menghujat, menyalahkan, membully, dll. Itu kan dosa. Ybs pun membela diri dengan merendahkan, mempertahankan ego, dll.
Alangkah sayang, padahal saya yakin mereka sebenarnya juga tdk saling kenal. Cuma ya itulah sosial media.
Nah skrg sy masuk pada tipsnya, supaya menghadapai apapun di sosial media menjadi lebih ringan.
Saya punya “mantra” yg membuat saya lebih tenang menghadapi dunia orang lain. Sy menamakannya Mantra Komunikasi. Ada 2 bagian.
Bagian pertama mantranya begini “itu adalah pilihan terbaik dari peta hidup yang dia fahami, saya hargai pilihannya dan saya muliakan dia dalam hati saya”
Setiap ada orang yg berbeda, mantra ini selalu saya sebut dalam hati, atau berkata lirih. Mantra ini membuat saya jadi lebih tenang dan positif menghadapi kasus childfree misalnya.
Ya sudah, childfree itu adalah pilihan terbaik si mba yang menulisnya, dan itu hasil dari peta fikiran yang ada dalam pengalaman hidupnya. Saya hargai pilihan hidupnya si mba. Dan saya muliakan dia dalam hati saya. Selesai toh. Sy ga misah misuh, ga kesel, ga juga bersikap yg ga baik dan yang paling penting saya ga berdosa. Aman dan tetap satu sama dan terhubung dengan siapapun yg berbeda pendapat dengan saya.
Pakai mantra ini utk setiap keadaan.
- Kasus 50M misalnya. Ya udah itu mah pilihan terbaik dari semua peta orang yang berkonflik, saya hargai dan muliakan.
Silahkan Anda kembangkan untuk kasus2 lain. In Syaa Allah hidup Anda lebih tenang.
Itu bagian pertamanya ya.. masih ada bagian kedua (lanjut part 4)
Awal diskusi childfree ini karena ada salah satu influencer Indonesia yang mengungkapkan kelebihan childfree yang maksudnya beliau tidak mau punya anak setelah menikah.
Namun jadi viral karena mgkn “rasa” yang dimunculkan dari tulisan ini lebih ke kesan tdk positif. Akhirnya banyak yang komen, dan membalas dgn berbagai sudut pandang childfree.
Sebentar lagi, isu viral sprt ini juga hilang dengan sendirinya. Tapi alangkah sayang kalau jejaknya menimbulkan dosa. Bagi yang tidak suka dengan tulisan beliau, akhirnya menghujat, menyalahkan, membully, dll. Itu kan dosa. Ybs pun membela diri dengan merendahkan, mempertahankan ego, dll.
Alangkah sayang, padahal saya yakin mereka sebenarnya juga tdk saling kenal. Cuma ya itulah sosial media.
Nah skrg sy masuk pada tipsnya, supaya menghadapai apapun di sosial media menjadi lebih ringan.
Saya punya “mantra” yg membuat saya lebih tenang menghadapi dunia orang lain. Sy menamakannya Mantra Komunikasi. Ada 2 bagian.
Bagian pertama mantranya begini “itu adalah pilihan terbaik dari peta hidup yang dia fahami, saya hargai pilihannya dan saya muliakan dia dalam hati saya”
Setiap ada orang yg berbeda, mantra ini selalu saya sebut dalam hati, atau berkata lirih. Mantra ini membuat saya jadi lebih tenang dan positif menghadapi kasus childfree misalnya.
Ya sudah, childfree itu adalah pilihan terbaik si mba yang menulisnya, dan itu hasil dari peta fikiran yang ada dalam pengalaman hidupnya. Saya hargai pilihan hidupnya si mba. Dan saya muliakan dia dalam hati saya. Selesai toh. Sy ga misah misuh, ga kesel, ga juga bersikap yg ga baik dan yang paling penting saya ga berdosa. Aman dan tetap satu sama dan terhubung dengan siapapun yg berbeda pendapat dengan saya.
Pakai mantra ini utk setiap keadaan.
- Kasus 50M misalnya. Ya udah itu mah pilihan terbaik dari semua peta orang yang berkonflik, saya hargai dan muliakan.
Silahkan Anda kembangkan untuk kasus2 lain. In Syaa Allah hidup Anda lebih tenang.
Itu bagian pertamanya ya.. masih ada bagian kedua (lanjut part 4)
👍4❤3
CHILDFREE (4)
Mantra ini harus dihafal ya. Karena akan dipakai terus. 80% persoalan manusia adalah komunikasi. Maka dengan mantra ini, selesailah 80% persoalan kita.
Oh ya, materi ini biasanya sy sampaikan di Training MR yang level 2. Dan saya jelaskan semua dasar2 ilmiah dan logikanya. Skrg mah tinggal ditelen aja ya. Udah proven ini mantra. Udah terbukti dan berhasil, atas izin Allah.
Mantra Komunikasi ini juga masuk dalam daftar 101 Jurus Magnet Rezeki. Bisa dibilang, mantra ini adalah salah satu jurus favorit saya.
Bagian pertama tadi mungkin kesannya kita akan permisif terhadap pemikiran orang lain. Dan ada aja yang komen “koq gitu sih, kan kita harus berjuang mengubah orang lain”
Misalnya nih LGBT. Masa kita biarin? Pembunuhan, maling, perampokan, seks bebas, korupsi, dan segala hal tidak baik di masyarakat.
Kalau pakai mantra bagian pertama tadi misalnya jadinya malah begini, “ya si masnya itu suka ama lelaki lain ya itu pilihan terbaik dia lah, dari peta hidup yang dia fahami, saya hargai perilaku LGBT dia dan saya muliakan dia dalam hati saya”
Duh duh masa begitu. Ga sesuai tuh sama Al-Qur’an yang mencela perilaku kaumnya Nabi Luth.
Atau ada orang yang korupsi, masa kita bilang begini “ya polisiti itu korup adalah pilihan terbaik dia, itu peta terbaik dalam kehidupan dia, saya hargai perilaku korupsi dia dan saya muliakan dia dalam hati saya”
Koq gitu sih? Masa koruptor malah dimuliakan
Atau kemarin pak Sambo yang divonis mati. Masa kita bilang begini, “ya pak Sambo membunuh itu adalah pilihan terbaik dia, itu peta terbaik dalam kehidupan dia…”
Masa membunuh dihargai dan dimuliakan. Ya divonis mati dooong.
“Ga cocok nih mantra…”
Eits, tunggu dulu. Tarik nafas dulu…
Persoalannya begini. Kita bukan hakim atas pilihan hidup orang lain. Kita manusia biasa, yang pilihan satu-satunya kepada orang lain adalah memuliakan dan membahagiakan mereka.
Kadang kita terlalu terburu2 menghakimi, padahal menghargai saja belum.
Yg harus kita fahami, setiap orang punya alasan dalam melakukan sesuatu. Dan alasan itu pasti yang terbaik dalam fikirannya. Belum tentu bener bagi orang lain, tapi bagi yang melakukannya adalah yang terbaik dari pilihan sikap yang tersedia.
Contoh. Saat ada orang mencuri di zamannya Umar bin Khattab ra. Kalau kita yang hadapi, langsung potong tangan tuh. Atau minimal lapor polisi dan dipenjara. Tapi Umar ra berbeda. Beliau runut dalam menyikapi orang lain.
Ditanya dulu, “Kenapa mencuri?” Oh ternyata karena ga ada pilihan lain, anak dan istrinya ga bisa makan. Maka mencuri adalah pilihan terbaik yang tersedia pada saat itu.
Umar ra mencoba memahami. Lalu pakai jurus Garis Kebenaran. “Umar yang salah, si pencuri yang benar”. Ya karena Umar ra adalah khalifah. Koq bisa ada yang ga bisa makan di dalam pemerintahannya.
Akhirnya solusinya malah diberikan segantang kurma dan sekantung gandum. Umar ra sendiri yang menghantarnya ke rumah sang pencuri, yang tidak dihukum malah diberi hadiah.
Bijak bukan?
Makanya… jangan berhenti sampai bagian satu doang. Harus lanjut ke bagian nomor dua dari mantra tersebut. (Lanjuuuuut part 5)
Mantra ini harus dihafal ya. Karena akan dipakai terus. 80% persoalan manusia adalah komunikasi. Maka dengan mantra ini, selesailah 80% persoalan kita.
Oh ya, materi ini biasanya sy sampaikan di Training MR yang level 2. Dan saya jelaskan semua dasar2 ilmiah dan logikanya. Skrg mah tinggal ditelen aja ya. Udah proven ini mantra. Udah terbukti dan berhasil, atas izin Allah.
Mantra Komunikasi ini juga masuk dalam daftar 101 Jurus Magnet Rezeki. Bisa dibilang, mantra ini adalah salah satu jurus favorit saya.
Bagian pertama tadi mungkin kesannya kita akan permisif terhadap pemikiran orang lain. Dan ada aja yang komen “koq gitu sih, kan kita harus berjuang mengubah orang lain”
Misalnya nih LGBT. Masa kita biarin? Pembunuhan, maling, perampokan, seks bebas, korupsi, dan segala hal tidak baik di masyarakat.
Kalau pakai mantra bagian pertama tadi misalnya jadinya malah begini, “ya si masnya itu suka ama lelaki lain ya itu pilihan terbaik dia lah, dari peta hidup yang dia fahami, saya hargai perilaku LGBT dia dan saya muliakan dia dalam hati saya”
Duh duh masa begitu. Ga sesuai tuh sama Al-Qur’an yang mencela perilaku kaumnya Nabi Luth.
Atau ada orang yang korupsi, masa kita bilang begini “ya polisiti itu korup adalah pilihan terbaik dia, itu peta terbaik dalam kehidupan dia, saya hargai perilaku korupsi dia dan saya muliakan dia dalam hati saya”
Koq gitu sih? Masa koruptor malah dimuliakan
Atau kemarin pak Sambo yang divonis mati. Masa kita bilang begini, “ya pak Sambo membunuh itu adalah pilihan terbaik dia, itu peta terbaik dalam kehidupan dia…”
Masa membunuh dihargai dan dimuliakan. Ya divonis mati dooong.
“Ga cocok nih mantra…”
Eits, tunggu dulu. Tarik nafas dulu…
Persoalannya begini. Kita bukan hakim atas pilihan hidup orang lain. Kita manusia biasa, yang pilihan satu-satunya kepada orang lain adalah memuliakan dan membahagiakan mereka.
Kadang kita terlalu terburu2 menghakimi, padahal menghargai saja belum.
Yg harus kita fahami, setiap orang punya alasan dalam melakukan sesuatu. Dan alasan itu pasti yang terbaik dalam fikirannya. Belum tentu bener bagi orang lain, tapi bagi yang melakukannya adalah yang terbaik dari pilihan sikap yang tersedia.
Contoh. Saat ada orang mencuri di zamannya Umar bin Khattab ra. Kalau kita yang hadapi, langsung potong tangan tuh. Atau minimal lapor polisi dan dipenjara. Tapi Umar ra berbeda. Beliau runut dalam menyikapi orang lain.
Ditanya dulu, “Kenapa mencuri?” Oh ternyata karena ga ada pilihan lain, anak dan istrinya ga bisa makan. Maka mencuri adalah pilihan terbaik yang tersedia pada saat itu.
Umar ra mencoba memahami. Lalu pakai jurus Garis Kebenaran. “Umar yang salah, si pencuri yang benar”. Ya karena Umar ra adalah khalifah. Koq bisa ada yang ga bisa makan di dalam pemerintahannya.
Akhirnya solusinya malah diberikan segantang kurma dan sekantung gandum. Umar ra sendiri yang menghantarnya ke rumah sang pencuri, yang tidak dihukum malah diberi hadiah.
Bijak bukan?
Makanya… jangan berhenti sampai bagian satu doang. Harus lanjut ke bagian nomor dua dari mantra tersebut. (Lanjuuuuut part 5)
👍11❤4
CHILDFREE (5)
Bagian satu dari mantra komunikasi itu ibarat fondasi bagi sebuah bangunan. Begitu juga komunikasi. Fondasinya adalah penghargaan pada pilihan hidup orang lain dan memuliakan serta mendoakannya.
Itu saja sebenarnya sudah jauh lebih tenang lho hadapi hidup. Toh kita yakin bahwa semua hidup sudah dalam genggaman Allah. Apalagi hidup orang lain yang pada hakikatnya, TIDAK BISA kita ubah.
Ya benar, fikiran orang lain itu tidak bisa kita ubah. Kita hanya bisa mengubah fikiran kita sendiri.
Tapi, kabar baiknya, orang lain itu bisa menghargai fikiran orang lain, sepanjang kita kita menghargai dia terlebih dahulu.
Karena jiwa kita itu satu, sama dan terhubung. Ketika kita hargai orang, orang lain akan menghargai kita. Ketika kita ego, orang lain akan ego. Ketika kita merasa benar, orang lain akan juga merasa benar. Ketika kita merendah hati, maka orang lain pun akan rendah hati dan mau menerima fikiran orang.
Got the point kan? Eh jadi cakap malaysia pula hehe. Skrg ni memang writing kat malaysia nih…
Ambil contoh kasus childfree. Misalnya kita tidak setuju dengan pendapatnya, ya mulailah dengan menghargai dan memuliakannya. Tahap pertama ini harus sempurna dulu. Baru lanjut tahap kedua.
Tahap keduanya berbunyi begini, “Jika dia izinkan, semoga saya bisa menyampaikan peta hidup yang saya miliki, sehingga peta kita bisa sama dan bisa melangkah ke kehidupan yang lebih baik”
Bagian kedua ini dimulai dengan kalimat “jika dia izinkan”. Hal ini penting dilakukan, karena pada hakikatnya tidak ada orang yang mau mengubah pendapatnya. Tapi dengan meminta izin, kita akhirnya bisa punya kesempatan menyampaikan pesan kita.
Jika dia menjawab, “tidak, saya tidak izinkan” ya sudah selesai. Kita sudah menghargai pendapatnya yang berbeda dan tidak perlu mengeluarkan energi ekstra yang memang tidak perlu. Savinglah power kita. Masih banyak pekerjaan lain kan?
Tapi jika dia izinkan, barulah kita sampaikan peta hidup kita. Tentunya dengan santun… menyampaikannya pun ga bisa asal. Harus dengan ilmu dan cara tertentu.
Eh ilmu ini syuper penthing lho… bisa diterapkan dalam kehidupan suami istri, anak dan orang tua, komunikasi di kantor, kerukunan umat beragama, perdamaian antara bangsa… wuih jauh amat ya…
(Lanjuuuut part 6)
Bagian satu dari mantra komunikasi itu ibarat fondasi bagi sebuah bangunan. Begitu juga komunikasi. Fondasinya adalah penghargaan pada pilihan hidup orang lain dan memuliakan serta mendoakannya.
Itu saja sebenarnya sudah jauh lebih tenang lho hadapi hidup. Toh kita yakin bahwa semua hidup sudah dalam genggaman Allah. Apalagi hidup orang lain yang pada hakikatnya, TIDAK BISA kita ubah.
Ya benar, fikiran orang lain itu tidak bisa kita ubah. Kita hanya bisa mengubah fikiran kita sendiri.
Tapi, kabar baiknya, orang lain itu bisa menghargai fikiran orang lain, sepanjang kita kita menghargai dia terlebih dahulu.
Karena jiwa kita itu satu, sama dan terhubung. Ketika kita hargai orang, orang lain akan menghargai kita. Ketika kita ego, orang lain akan ego. Ketika kita merasa benar, orang lain akan juga merasa benar. Ketika kita merendah hati, maka orang lain pun akan rendah hati dan mau menerima fikiran orang.
Got the point kan? Eh jadi cakap malaysia pula hehe. Skrg ni memang writing kat malaysia nih…
Ambil contoh kasus childfree. Misalnya kita tidak setuju dengan pendapatnya, ya mulailah dengan menghargai dan memuliakannya. Tahap pertama ini harus sempurna dulu. Baru lanjut tahap kedua.
Tahap keduanya berbunyi begini, “Jika dia izinkan, semoga saya bisa menyampaikan peta hidup yang saya miliki, sehingga peta kita bisa sama dan bisa melangkah ke kehidupan yang lebih baik”
Bagian kedua ini dimulai dengan kalimat “jika dia izinkan”. Hal ini penting dilakukan, karena pada hakikatnya tidak ada orang yang mau mengubah pendapatnya. Tapi dengan meminta izin, kita akhirnya bisa punya kesempatan menyampaikan pesan kita.
Jika dia menjawab, “tidak, saya tidak izinkan” ya sudah selesai. Kita sudah menghargai pendapatnya yang berbeda dan tidak perlu mengeluarkan energi ekstra yang memang tidak perlu. Savinglah power kita. Masih banyak pekerjaan lain kan?
Tapi jika dia izinkan, barulah kita sampaikan peta hidup kita. Tentunya dengan santun… menyampaikannya pun ga bisa asal. Harus dengan ilmu dan cara tertentu.
Eh ilmu ini syuper penthing lho… bisa diterapkan dalam kehidupan suami istri, anak dan orang tua, komunikasi di kantor, kerukunan umat beragama, perdamaian antara bangsa… wuih jauh amat ya…
(Lanjuuuut part 6)
👍11❤3🥰1
This media is not supported in your browser
VIEW IN TELEGRAM
Selepas operasi mata, kami bersholawat bersama, di ruang operasi. Ya Rabbi… pengalaman terindah, menyaksikan keagungan Allah di dalam nikmat mata yg Allah berikan.
Di mana lagi bisa bersholawat, selain di klinik Muslimah yg sholihah, prof Muhayya. Catat namanya : IKONIK.
Mau berobat mata, ingat IKONIK
Oh ya anak sy ini minus 3, selalu pakai kacamata sejak kelas 4 SD. Setelah operasi flapless ini In Syaa Allah tidak pakai kacamata lagi. Dan operasinya hanya 10 menit, masya Allah…
Di mana lagi bisa bersholawat, selain di klinik Muslimah yg sholihah, prof Muhayya. Catat namanya : IKONIK.
Mau berobat mata, ingat IKONIK
Oh ya anak sy ini minus 3, selalu pakai kacamata sejak kelas 4 SD. Setelah operasi flapless ini In Syaa Allah tidak pakai kacamata lagi. Dan operasinya hanya 10 menit, masya Allah…
👍13❤1
Yuk Al-Kahfi Berjamaah
https://www.youtube.com/live/B1TEskMo7iw?feature=share
Ajak serta keluarga, rekan dan sahabat agar dapat berkah berjamaah
https://www.youtube.com/live/B1TEskMo7iw?feature=share
Ajak serta keluarga, rekan dan sahabat agar dapat berkah berjamaah
YouTube
Al-Kahfi Berjamaah 17 Februari 2023
❤1
APA ARTINYA 50rb per bulan?
Jika dipakai makan, hanya 1 piring atau maksimal 2 piring.
Tapi ketika diniatkan diwakafkan untuk TANAH pesantren, maka pahalanya mengalir sepanjang pesantren tersebut masih beroperasi, walaupun pe-wakaf sudah meninggal dunia.
Yang ingin meng"aman"kan dananya untuk rezeki terbesar di dunia dan akhirat, silahkan mengisi form di bawah ini:
https://magnetrezeki.orderonline.id/wakafpkr
Smg jadi amal sholeh terbaik utk kita.
Info : wa.me/6282383954056
Jika dipakai makan, hanya 1 piring atau maksimal 2 piring.
Tapi ketika diniatkan diwakafkan untuk TANAH pesantren, maka pahalanya mengalir sepanjang pesantren tersebut masih beroperasi, walaupun pe-wakaf sudah meninggal dunia.
Yang ingin meng"aman"kan dananya untuk rezeki terbesar di dunia dan akhirat, silahkan mengisi form di bawah ini:
https://magnetrezeki.orderonline.id/wakafpkr
Smg jadi amal sholeh terbaik utk kita.
Info : wa.me/6282383954056
👍5❤1